I can do it with a broken heart.

With love, Jane
5 min readMay 27, 2024

--

“What are you going to order, Sofia?”

“Umm, aku mau Fish and Chips aja”

“Good choice, i heard disini ikan-nya fresh”

“How about you, Ian?”

“I’ll have the Aglio olio”

Setelah mereka berdua memesan makanan, Adrianne kembali mengangkat pembicaraan mereka yang tadi sempat terhenti di mobil. Adrianne sangat kagum dengan seorang Sofia yang masih sangat muda namun sudah bisa mendirikan perusahaannya sendiri, bahkan seorang putra mahkota mampu kagum dengan-mu Soph!

“Kamu sudah lama di Jakarta?”

“Aku baru beberapa tahun ini kembali ke Jakarta, aku tadinya tinggal di Turki bersama mama, cuma karena urusan pekerjaan akhirnya aku memutuskan untuk membuka toko pertamaku disini.”

“I see, setahu saya kamu memang di lahirkan di Turki, benar?”

“Wah, kamu searching dimana?”

“Hahaha gak kok, saya gak searching apa-apa tapi ayah sempat bercerita sama saya sepulang dari acara kemarin.”

“Kamu sampai nanyain aku ke Sri Sultan? Astaga.”

Sofia terkekeh pelan mendengar bahwa teman barunya sampai menanyakan tentang dirinya ke seorang raja.

Makanan pun dihidangkan, semuanya terlihat lezat sekali. Sofia yang sudah tak kuasa menahan lapar pun meminta izin kepada pria dihadapannya untuk makan terlebih dahulu. Dengan senyum, Adrianne membalas permintaan itu dengan sebuah anggukan kecil seraya tertawa karena gemasnya wanita dihadapannya.

“DRRRT…DRRRT..”

Baru saja Sofia menyuap makanannya, ponselnya berdering. Tertera nama “Haga” yang sedang menelfonnya, wanita itu akhirnya meminta izin untuk mengangkat telfon itu di luar restoran kepada pria di depannya. Setelah sekiranya cukup jauh dari meja mereka, Sofia akhirnya mengangkat telfon tersebut.

“Halo? Sofia?”

“Hi Haga, ada apa?”

“Where are you right now?”

“Im in the middle of a lunch with a friend, Ga”

“A friend? does this friend has a name?”

“Haga, does that matter? Ada apa? Langsung ke intinya aja.”

“I need you to help me pick a ring”

“A ring? whats the occasion?”

“I will propose to Kaia tonight, will you help me?”

“Umm..”

Hati Sofia hancur, seperti di sayat berkali-kali oleh sebuah pisau yang tajam, tangan kirinya yang gemetar ia genggam dan ia letakan tepat di jantungnya. Seketika ia tak mendengar apapun, suara gemuruh dari orang yang mengobrol di restoran, suara piring dan sendok yang nyaring, yang ia dengar hanya suara detak jantungnya yang semakin cepat. Matanya kini tak kuasa membendung semua air mata, dan ia di sadarkan oleh Haga yang dari tadi memanggilnya dari ponsel.

“Halo? Soph? You there?”

“Eh iya Haga, i’m here, sorry tadi sinyalnya terputus.”

“So what do you say Soph? will you help me?”

“Aku cek schedule dulu ya Ga, takutnya aku ada acara hari ini.”

“How about i’ll pick you up? kamu makan di restoran mana?”

“No need Haga, nanti aku kabari lagi yaa, i’m in the middle of a lunch and i hate to ignore my friend di dalam terlalu lama, so please let me have lunch in peace.”

“In peace? Soph, why do you say that? Kamu lagi ada masalah Soph? Let me help you.”

“Hagia Adhelmar, please, i’ll text you later.”

Dengan berat hati, Sofia menutup telfon itu. Wanita itu kembali ke dalam restoran dengan keadaan pipinya yang basah, Adrianne yang tadinya lega bahwa Sofia telah menghilang lama, tiba-tiba kaget dan khawatir karena melihat ekspresi wanita itu berubah.

“Hey? what happened?”

Tanya Adrianne, khawatir.

“Nothing! Seriously, i’m just very emotional right now.”

Jawab Sofia seraya memberikan senyuman tipis menunjukan bahwa ia tidak apa-apa.

“Sofia, i may known you for a while but you can trust me, at least to make yourself better. Come here, sit down, drink your water first.”

Adrianne menuntun wanita itu kembali ke kursinya dan menuangkan segelas air kepadanya. Tangan pria itu spontan mengelus pundak Sofia dengan lembut. Merasakan eksistensi pria itu di belakangnya, Sofia merasa gugup, belum lagi ia mampu mencium wangi parfum maskulin yang dikenakan oleh Adrianne, wanginya mampu menenangkan wanita itu.

“Are you okay now?”

“Iyaa, aku gak apa-apa sekarang.”

“What happened Sofia? Is there something wrong?”

“No! Gak ada kok, tadi aku agak emosional aja, aku barusan denger kalo temanku akan menikah.”

“Well that’s a great news aren’t they? But why are you crying?”

Adrianne kini mengusap pelan air mata Sofia yang masih mengalir.

“I’m ‘happy crying’ for them haha”

Sofia tersenyum dan tertawa pelan, ia ingin membuktikan bahwa ia sebenarnya tidak apa-apa. Adrianne kini berlutut di hadapannya, mengenggam tangan kecil milik Sofia lalu berkata,

“Sofia, whatever your heart desires, it is only you who can decide, feel, and give. So please don’t push yourself okay?”

Tatapan Adrianne yang tulus itu di hancurkan oleh kedatangan seorang lelaki secara tiba-tiba.

“Sofia?”

“Haga?”

Sofia spontan beranjak dari tempat duduknya dan melepas genggaman Adrianne.

“Kamu ngapain disini?”

“Saya melacak handphone kamu, i was worried something is going on.”

Ucap Haga dengan nada khawatir

“I am fine Haga, what is going on with you?”

“You are fine? then why are you rejected my calls?”

Adrianne yang tidak paham situasi ini berusaha untuk tidak ikut campur, ia duduk di kursinya seraya mendengarkan dan menjaga wanita yang ada di hadapannya agar tidak terjadi apa-apa.

“And is this the ‘friend’ you were talking about?”

“Haga, kamu ada apa sih?”

“Is he your friend or your boyfriend?”

“ Haga?”

“And you never told me about this? Who am i to you Soph?”

“Hagia Adhelmar.”

“I knew something was off the moment you ended our calls, saya minta tolong sama kamu Soph.”

“Haga.”

“Apa Soph?”

“I cannot see you anymore Ga.”

“Why Sofia? I cared about you so much and this is how you repay me?”

Momen Haga meninggikan suara, Adrianne serentak bangkit dari duduknya.

“Lower your voice when you’re talking to a woman.”

Ucap Adrianne secara tiba-tiba.

“Haga, i think you should leave. We’ll talk about this later, boleh ya?”

Dengan muka kesalnya, Haga menatap tajam Adrianne lalu pergi dari restoran itu. Merasa situasi sudah tidak baik, Adrianne segera membayar semua makanan mereka berdua lalu membawa Sofia kembali ke mobil.

Di mobil, suasana menjadi hening dan suram. Sofia terus memalingkan wajahnya dari Adrianne.

“Im so sorry you have to see that.”

“Hey, no worries Soph, the most important thing is, you’re okay now.”

“Haga dan aku punya situasi yang rumit, well, hanya aku yang rumit.”

“May i know why? if you don’t mind of course.”

“I loved him, once.”

Ucapan tersebut membuat Adrianne terdiam.

“But now I’ve realized that he was not worth for me to wait.”

“Im sorry to hear that Soph.”

“It’s okay Ian, aku yang justru minta maaf. Maybe we can rearrange our lunch next time?”

“No rush Soph. Can i take you somewhere else? To cheer you up.”

“Aku gak tau mau kemana haha, what do you have in mind?”

“I’m glad you asked.”

--

--

With love, Jane
With love, Jane

No responses yet